Dalam Serat Ma Lima yang ditulis oleh Kalanindi dijelaskan tentang ma lima. Dikatakan, orang akan mengalami kesulitan hidup akibat perilaku ma lima, yaitu: madat (menghisap candu), madon (suka melacur), minum (mabuk minuman keras), main (berjudi), dan maling (mencuri).
Pantangan ma lima sudah banyak diketahui orang, namun ada ajaran lain yang juga berhubungan dengan lima hal yang jarang diketahui, yaitu Lima ajaran pokok tentang kebenaran yang sering diajarkan dan ditekankan dalam pewayangan. Lima hal itu adalah: Manembah, Menepi, Maguru, Mangabdi, dan Makarya.
- Manembah atau menyembah. Manembah secara umum dipahami sebagai menyembah Tuhan atau sosok Agung sebagai sumber kehidupan. Penekanan manembah bukan hanya melepas ego tapi juga menuju pada sifat kesejatian diri, seperti yang dikatakan Kresna pada Arjuna, "Bila kau mempersembahkan kenikmatan dunia pada pancaindera, maka kau menjadi penyembah pancaindera. Bila kau mengendalikan pancaindera, maka kau menyembah Kesadaran Murni di dalam diri.” Kesejatian diri ini adalah tujuan spiritual dalam falsafah Jawa.
- Menepi. Sering diartikan sabar, instropeksi diri, dan menghindari pertengkaran. Dalam berhubungan dengan banyak orang dan termasuk dalam mengalami permasalahan, maka perlu sekali melihat dari sudut pandang dari dalam. Dalam kisah pewayangan, para ksatria bertapa ditempat sepi dan menjalani olah bathin dengan digembleng oleh keadaaan. Fase untuk melakukan instrospeksi, atau mawas diri seperti ini, bukan untuk menghindari masalah tapi untuk memperoleh kekuatan sehingga lebih siap dan sigap ketika kembali dan menghadapi permasalahan.
- Maguru atau berguru. Walaupun dikisahkan keadaan yang kacau melahirkan para ksatria, namun ksatria tidak muncul tiba-tiba. Mereka berproses sebagaimana manusia pada umumnya dan belajar dari guru yang terbaik pada zamannya. Selain itu, proses pembelajaran tidak pernah berhenti dan tidak mengenal usia.
- Mangabdi atau mengabdi. Mengabdi kepada keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara serta Dharma. Banyak kisah, Ksatria memikul tangungjawab besar setelah merasa terpanggil oleh keadaan, terutama untuk ikut menjaga keteraturan ditengah kekacauan yang sedang terjadi. Motivasinya bukan kepentingan diri, namun pada Dharma. Dharma disini bukan agama dalam arti sempit, tapi nilai hakiki yang universal.
- Makarya atau berkerja. Yang penting dalam bekerja adalah tanpa pamrih dan bertujuan untuk mencukupi kebutuhan saja. Berkarya adalah kegiatan yang menghasilkan nilai tersendiri dalam kehidupan seseorang. Suatu karya bisa menentukan jati diri seseorang sebagai salah satu pemain dalam suatu tatanan kehidupan. Tanpa berkarya, maka tidak ada peran kita bagi dunia ini.
Lima hal ini akan menuntun kita menjadi manusia utama. Manusia utama adalah manusia yang berperilaku sesuai dengan prinsip keselarasan yang disesuaikan dengan hakikat kodrat manusia, yaitu manusia sebagai makhluk pribadi, makhluk sosial, dan makhluk spiritual. Sebagai pribadi, ada kebutuhan menunjang hidup. Sebagai mahkluk sosial mesti tidak boleh merusak dan senantiasa menjaga tatanan sosial. Sebagai mahkluk spiritual mesti memenuhi keselarasan dengan dirinya sejatinya.
(VAL)
0 comments:
Posting Komentar