Komunitas Tarot Surabaya Fullmoon

Membantu menemukan sejatinya manusia dan menjadi manusia sejati

Komunitas Tarot Surabaya Fullmoon

Membantu menemukan sejatinya manusia dan menjadi manusia sejati

Komunitas Tarot Surabaya Fullmoon

Membantu menemukan sejatinya manusia dan menjadi manusia sejati

Komunitas Tarot Surabaya Fullmoon

Membantu menemukan sejatinya manusia dan menjadi manusia sejati

Komunitas Tarot Surabaya Fullmoon

Membantu menemukan sejatinya manusia dan menjadi manusia sejati.

Senin, 31 Januari 2011

Kode Etik

Bila tarot mengenal empat warna mewakili empat elemen yang menjadi wujud manusia, dalam buku tulisan DR Harun Hadiwijono menguraikan lebih jauh tentang upaya yang diemban falsafah Jawa untuk pengenalan jati diri, sebagai insan kamil. Dalam bukunya beliau menggambarkan anasir bumi yang berwarna ungu/hitam mewakili lauwamah yang mewujud dalam daging dan kulit. Amarah yang mengandung anasir api berwarna merah mewujud dalam darah. Sedangkan Sufiah yang beranasir air menjadi tulang sumsum. Mutmainah memiliki anasir angin, warnanya putih terdapat pada nafas. Demikian, konsep manusia dalam kebudayaan Jawa yang lebih dikenal dalam paham “sadulur papat kalima pancer“. Sementara dalam filsafat Hindu Bali keberadaan manusia tertuang pada panca mahabuta, menguraikan pretiwi adalah elemen yang mempunyai unsur padat berupa kulit, daging, tulang. Apah yang berunsur cair terwujud pada darah, enzym, getah bening, kadar air dll. Teja yang berunsur sinar, menghantarkan panas. Bayu yang berunsur tenaga, energi, dan napas. Terakhir akasa adalah kandungan unsur kesemestaan.
Dari konsep murni kebudayaan Nusantara yang luhung, penulis menyusun Kode Etik di bawah ini sebagai panduan para pejalan spiritual yang memanfaatkan Tarot Wayang dalam usaha menemukan jati diri.
  1. Aku berjanji pada diriku selalu bersikap seorang profesional dan selalu siap mengulurkan tangan ke pada setiap mereka yang membutuhkan, dengan memperlakukan setiap orang secara hormat dan kerendahan hati serta memperhatikan dan menghargai kartuku sebaik-baiknya.
  2. Sebagaimana air mengalir ke samudera luas aku persembahkan cinta tanpa syarat, dengan mengirimkan energi cinta kasih bagi segenap penghuni alam semesta yang tak tertangkap indrawi: “Semoga semua mahluk hidup berbahagia”. Aku tidak akan membiarkan kehidupan pribadiku mencampur aduk hubungan emosionalku demi kepentingan pribadi dengan kepentingan-kepentingan klienku.
  3. Ketika kuhirup udara aku pun menyadari sesadar-sadarnya bahwa aku adalah bagian dari Kecerdasan Kosmis yang mengajariku kebijaksanaan melalui kekuatan alam semesta. Dengan alasan itu aku tidak harus menjadi jumawa bersikokoh dengan pikiran dan pendapatku terhadap klienku. Karena aku bukanlah Kecerdasan Kosmis itu.
  4. Karena aku hidup di muka bumi, aku menghargai seni wacana tarot senilai harga uang. Namun demikian aku tak akan menolak atau menghindari untuk memberikan pelayanan bagi para klienku yang tak mampu menukar jasa dengan nilai uang. Seni wacana tarot yang kusampaikan selalu mencerminkan kelayakan yang berkualitas untuk dihargai dengan nilai uang, sekalipun tidak menerima jumlah nilai uang tersebut.
  5. Aku menyadari sesadar-sadarnya bahwa sebagai ciptaanNya aku tak bisa apa-apa. Aku tak memiliki kekuatan apapun dan kemampuan apapun tanpa pertolongan Yang Maha Hidup. Aku hanya alatNya yang diberi kepercayaan olehNya untuk menyampaikan pesanNya sebagai rambu-rambu bagi yang bingun. Mendorong keberanian dan semangat berjuang bagi yang tiba-tiba putus asa, dan mengantarkan kesembuhan bagi mereka yang sakit baik mentalnya mau pun fisiknya melalui Anugerah-Nya.

    Hanya Dia Kebenaran itu.

    by Ani Sekarningsih, CTGM,

Sejarah Tarot


Tak seorang pun yang tahu secara pasti di mana dan kapan awal tarot ditemukan. Konon Tarot pada awalnya didisain di lembaran daun emas yang tersimpan rapi serta menjadi bahan penelitian di masa khilafah Iskandariyah. Namun belum sempat tuntas penelitian tersebut, perpustakaan kuno yang terkenal akbar itu keburu dibumihanguskan. Walau begitu menurut catatan-catatan sejarah yang tersebar luas, umur Tarot diperkirakan sudah lahir semenjak sebelum Nabi Musa, dan baru pada abad ke-XIV kartu Tarot mulai dikenal di benua Eropah. Berkat jasa para naib atau kyai Mesir yang memperkenalkannya dalam rangka menguji karomah para santri pada abad kejayaan Islam di Spanyol.
Sebagaimana yang telah diuraikan di atas, sepintas telah disinggung, bahwa tarot dinyatakan masuk Spanyol pada permulaan abad ke-13. Dikenal dengan istilah naypes atau naib.yang artinya dalam bahasa Arab adalah “wakil.”
buku_the_sufis.jpgIdris Shah dalam bukunya The Sufis mengatakan bahwa bahan-bahan asli tarot yang digunakan dalam helai-helai kartu tarot tersebut merupakan hasil penemuan yang sampai hari ini masih ada. “Wakil” di sini dimaksudkan merupakan representasi ajaran para penghayat sufi yang menguraikan adanya pengaruh alam kosmik kepada kemanusiaan. Dan menurut tulisan E.S. Taylor dalam bukunya The History of Playing Cards (1865) memperkuat teori bahwa Tarot masuk ke Eropah melalui Spanyol dan Itali pada tahun awal 1300-an Masehi oleh orang-orang Muslim Saracen.
Dari beberapa ragam referensi yang tersebar luas juga tercatat dugaan-dugaan bahwa perjalanan Tarot datang dari Cina, dan mendapatkan bentuk perkembangannya di India.
Banyak orang memperkirakan permainan kartu sesungguhnya berasal dari Cina dan Korea sejak abad 10 - 12 Sebelum Masehi, berdasarkan disain uang kertas.
Hampir dapat dipastikan perkenalan Tarot yang lebih intens karena peran para jipsi, yang meninggalkan India ke Mesir, Fez, Maroko, diikuti kemudian jejak para sufi, dan penganut kabala pada zaman N.Musa. Para jipsi tersebut kemudian hidup mengembara secara cerdas di Eropah dan Asia.
Sampai dengan saat ini dokumen asli ke-22 Arkana Utama kartu Tarot masih tersimpan di musium di Kota Fez, Maroko.
Pada tahun 1367 penguasa di kota Bern, Swiss pernah melarang secara resmi permainan tarot sebagai ajang perjudian. Yang kelak pada 1376 penguasa kota Firenze, ibu kota propinsi Tuscany di Italia mengikuti langkah yang dirintis penguasa kota Bern.
1392 terdokumentasi 17 helai disain tarot yang diciptakan oleh Jacquemin Gringonneur sebagai persembahan pada Raja Charles VI Perancis dan kini tersimpan di Bibliotheque Nationale di Paris. Dalam perkembangannya di kemudian hari, pada penghujung abad XV Tarot de Marseilles menjadi sangat kondang sampai dengan hari ini.
Perlu diingat di India permainan kartu tidak digunakan sebelum awal kemunculannya di daratan Eropah. Kumpulan kartu mereka berbentuk bulat terdiri dari 8 - 10 kemasan kartu yang masing-masing terdiri dari 12 helai kartu.Yang menarik di sini keempat lengan Dewi Ardhanari digambarkan memegang piala, tongkat, pedang dan cincin sebagai simbol materi atau uang. Namun khusus disain Dewi Ardhanari sama sekali tak pernah diperkenalkan atau digambar secara sembarang pada kartu.
Tarot kemudian semakin berjaya di utara Itali pada awal abad 15. Berkat jasa penciptaan keluarga bangsawan Visconti-Sforza pada 1432-1440. Yang mencipta desain kartu tarot sesuai dengan cita rasa kesenian yang berkembang saat itu, sebagai hadiah istimewa bagi pernikahan putra-putri mereka.
Pada akhir abad XVIII tatkala terjadi Revolusi Perancis. Seni membaca tarot berkembang dengan pesat karena kondisi negara yang pada saat itu serba tak pasti. Sehingga membawa keberuntungan bagi Etteilla dan Madame Lenormand yang mencipta beragam disain tarot dan kemudian menjadi bahan rujukan sampai hari ini. Sejak saat itu nama dan disain yang semula didisain bangsawan Itali mengalami perubahan besar dan disain terbaru tersebut menjadi kunci dasar perkembangan Tarot di kemudian hari.
Awal abad 20 semakian berkembang dengan perkenalan berbagai kumpulan disain tarot yang diterbitkan Inggris dan Amerika berdasarkan kebudayaan mistik Barat, Kabalah yang erat hubungannya dengan dunia astrologi. Di antaranya kartu-kartu terkemuka tersebut umum telah kita kenali kemasan Tarot Waite, Crowley, Case dan Zain. Terutama semenjak 1960 kreativitas para seniman tarot membuat loncatan besar dalam memproduksi disain-disan baru tarot di segenap penjuru dunia. Belum lagi terhitung para seniman yang menerbitkan disain tarotnya secara sangat pribadi. Satu pertanda bahwa manusia dari zaman manapun dengan beragam keyakinan tetap memerlukan jawaban yang mudah dan cepat dipahami saat tersandung masalah.

Kemurnian
Teori tentang kemurnian asal tarot sampai hari ini masih seru diperdebatkan. Namun tak ada salahnya kita catat mereka yang berjasa membuat penelitian tentang Tarot antara lain adalah Court de Gebelin (1723-1767), yang meyakini tarot berawal sebagai alat inisiasi di Mesir untuk menjadi pendeta. Keyakinan Gébelin keliru setelah Champollion berhasil menemukan cara membaca huruf Mesir Kuno (hieroglyph). Kemudian, sampai detik ini para peneliti tentang Mesir Kuno tidak pernah menemukan kata Tar dan Ro dalam bahasa Mesir Kuno seperti apa yang pernah diklaim oleh Gébelin. Tetapi, pada saat Champollion berhasil memecahkan kode kode hieroglyph itu, The Book of Toth, sebuah buku yang menjelaskan tentang mistik Mesir Kuno sudah telanjur beredar dengan luas dan dipercaya oleh masyarakat umum.
Etteila, seorang peramal di masa kejayaan Napoleon yang mendalami keeratan hubungan deskripsi angka-angka ilmu hitung menemukan adanya kemurnian hubungan erat disain tarot Thoth-Hermes. Sebagaimana dipercayai bahwa Dewa Thoth adalah konsultan dewa Osiris yang terkenal sebagai dewa kebijaksanaan yang mempunyai keahlian menulis, pengukur waktu, dan penemu angka bilangan.
Eliphas Levi (1810-1875), pada tahun 1854 mempublikasikan bukunya “Dogme et Rituel de la Haute Magie” atau yang dalam Bahasa Inggris lebih dikenal dengan “Transcendental Magic“, dikenal sebagai pendiri fondasi meramal dengan kartu Tarot. Ia menolak ide Etteila, tetapi kembali kepada pemikiran Gébelin, dengan menambahkan sistem Kaballah (mistik Ibrani Kuno) dan empat elemen alkemi pada kartu Tarot.
Papus (1865-1916), seorang ahli fisika dan filsafat ilmu gaib yang menulis buku The Tarot of the Bohemians. Papus meyakini bahwa kartu-kartu tersebut murni berasal dari Mesir. Menggambarkan sebagai alat uji dan pembayatan di bawah piramid. Tatkala kuil-kuil yang penuh misteri runtuh maka para ahli tafsir agama memutuskan bahwa kebajikan adalah sesuatu yang sangat luhung untuk dipahami orang biasa, sehingga mereka akhirnya merahasiakannya dan hanya mengajarkan kepada orang-orang yang memang sudah mencapai kemakrifatan saja. Bagi masyarakat awam cukup diberikan dasar-dasar permainan lambang yang tidak mengundang risiko besar. Adalah orang-orang jipsi yang memperkenalkan lambang-lambang itu dengan secara mudah dipahami
A.E. Waite (1857-1942), berkebangsaan Inggris ahli filsafat ilmu gaib dan salah satu anggota Golden Dawn, berpendapat ada unsur-unsur kesengajaan yang membelokkan perhatian guna menjaga kerahasiaan lambang-lambang kearifan Tarot. “Lambang-lambang luhur Tarot berbicara melalui bahasa alam semesta yang tidak dibatasi oleh bahasa manusia atau lambang-lambang dangkal. Bahasa alam semesta mudah dipahami hanya dengan kejiwaan yang sehat, jernih, dan bening sebagaimana kita mengenali huruf alfabet dan mampu menyusun kata yang membentuk arti-arti tertentu.”
Aleister Crowley (1875-1947), yang juga salah seorang anggota Golden Dawn, menganggap keaslian Tarot tidak perlu dipermasalahkan secara dramatis. Dia mngatakan bahwa masing-masing orang mempunyai peta lambang dari Yang Maha Akbar menurut proses tanjakan kejiwaannya untuk mencapai dimensi lebih tinggi. Dan untuk memahami setiap lambang kartu, seseorang dianjurkan untuk menetapkan temuan kearifan kartu-kartunya berdasar waktu dan perkembangan kepribadian masing-masing orang.
Paul Foster Case (1884-1954), seorang perintis yang sukses memgembangkan kursus tarot melalui surat-menyurat, menganggap bahwa tarot dicipta orang pada abad XI Masehi di Fez, Maroko sejak hancurnya perpusatakaan akbar di Iskandariah. Maksudnya untuk tetap memelihara kebijaksanaan di planet bumi ini agar tidak punah.
Case membuka kursus tarot dengan menggalakkan meditasi yang berhubungan dengan tarot- astrologi, angka bilangan, warna, suara dan Pohon Kehidupan.
Banyak juga orang beranggapan bahwa Hugh de Payens, salah seorang anggota Knight of Templar turut mempunyai andil besar dalam memperkenalkan Eropah pada filsafat dan seni budaya Timur pada tahun 1188 Masehi.
C.C. Zain dalam bukunya yang kondang di India dan Mesir meyakini bahwa Tarot datang melalui Atma Bodha atau Book of Soul Knowledge. Disain Tarotnya berlatar belakang berdasar deskripsi pelambang Iamblichus, yakni seorang Neoplatonis abad ke-4 Sebelum Masehi.
P.D. Ouspensky (1878-1947) menyampaikan teori lain yang mengatakan bahwa penemu tarot sesungguhnya adalah seorang ahli filsafat dan alkemi, bernama Raymond Lully yang hidup pada abad ke-XIII dan menulis buku “Philosophical Machine“. Masih menurut Ouspensky, ia juga memperkirakan bahwa Tarot sesungguhnya merupakan rangkaian sipnosis dari ilmu hermetik. Yakni tak lain adalah suatu sistem yang mempelajari hubungan kejiwaan manusia dengan alam gaib dan dunia yang nyata.
Ani Sekarningsih, CTGM (1940-….), yang merintis perkenalan tarot di Indonesia lebih tembus pandang, mengatakan: “Masa depan selalu merupakan permainan teka-teki yang ingin dijembatani siapapun. Tetapi dalam mengungkap rahasia hidup, ternyata akal tak selalu mampu menembusnya.
Pola pendidikan selama ini hanya menitik beratkan pada penggunaan akal hanya buat berpikir rasional. Tidak terbetik dalam pemikiran kelompok para pendidik untuk menjadwalkan suatu kurikulum yang meluangkan pentingnya latihan intensitas mengasah kejiwaan.”
Adalah Freud dan Gustav Carl Jung yang telah berjasa merintis pentingnya ilmu kejiwaan itu. Yang dengan arif mereka juga mengakui bahwa Tarot adalah salah satu alat bantu yang cukup mustajab untuk mengembalikan kepercayaan diri dan menemukan potensi seseorang.
Dengan terpublikasinya bunga Rampai Wacana Tarot (2001) dan Tarot Wayang serta buku Panduan Tarot Wayang yang ditulis dalam dua bahasa, Indonesia-Inggris (2002) patut diakui Tarot di Indonesia dalam waktu singkat mengalami perkembangan pesat dan dikenal hampir di seluruh kota-kota besar di Indonesia.
Kiranya tampilnya Tarot Wayang yang mewakili budaya Indonesia patut menjadi kebanggaan Indonesia telah memperkaya disain-disain Tarot sehingga dikenal di mancanegara.


Kepustakaan:
The Tarot. Richard Cavendish
The Devil’s Picture Book. Paul Huson.
The Encylopedia of tarot. Stuart Kaplan, volume I - IV.
The Women’s Encyclopedia of Myth and Secrets.
The Tarot: The Origins, Meaning and Uses of the Cards
The Tarot of the Bohemians. Papus
Bunga Rampai Wacana Tarot. Ani Sekarningsih
Panduan Tarot Wayang. Ani Sekarningsih,CTGM

Rabu, 19 Januari 2011

Sejarah Tarot

Asal usul permainan tarot tidak jelas. Sejarahnya terletak pada misterinya itu sendiri, namun justru disitulah letak  power dari tarot. Tarot bukanlah berasal dari ideology tertentu atau produk dari kekuasaan tertentu. Tarot hadir sebagai eksistensi symbol – symbol mitologis dalam kehidupan manusia. Kehidupan manusia yang membentang di masa lalu dan masa depan yang tak terbatas Pada sub bab ini, kita coba melihat bahwa Tarot itu sendiri memiliki pluralitas legenda yang bertutur tentang keberadaannya.

Tarot pernah dikisahkan dibawa ke Perancis untuk menghibur Raja Charles VI (memerintah dari 1380 – 1422) yang lesu dan tertekan. Permainan tersebut juga muncul di Italia kira-kira pada waktu yang bersamaan. Pada dasrnya permainan Tarot sederhana dan melibatkan kebajikan dan keburukan teologis. Tidak ada bukti bahwa Tarot digunakan untuk meramal hingga akhir abad keenambelas. Kartu Tarot baru disebutkan sebagai alat untuk meramal dalam sebuah buku yang diterbitkan di Frankfurt pada awal abad ketujuh belas. Kartu Tarot belum digunakan sebagai kartu ramalan hingga abad kedelapan belas dan digunakan pertama kalinya oleh kaum gipsi.

Tarot juga diduga ada dalam ajaran sekte asketik yang hidup di dekat Laut Mati (Dead Sea) di Palestina kuno antara 200 BC dan 100 AD. Dugaan lain, Tarot digunakan filsuf Yunani bernama Cebes, murid dan teman Socrates, yang hidup di abad kelima sebelum masehi. Beberapa orang mengatakan bahwa Tarot bersumber dari ajaran kuno mengenai Hermes Trismegistus, penulis karya terkenal Hermetic Acts and Sciences, yang berisi tarot, astrology, numerology, alkemi, dan sacred geometry. Legenda ini juga mengatakan bahwa Hermes memberikan Tarot pada kaum Gypsy karena mereka adalah pengembara dunia.

Teori lain mengatakan hubungan Tarot dengan Thot yang berasal dari Mesir. Thot adalah dewa pembelajaran dan komunikasi yang dalam mite Mesir dikatakan mencipta Tarot dalam hieroglyphics, bahasa symbol pictorial Mesir. Pemikiran lain mengatakan Tarot berasal dari Maroko, berawal dari legenda Phoenix yang muncul dari abu. Ini adalah simbolisasi sebuah kejadian di jaman Alexandria (390 AD), saat sebuah perpustakaan terbakar dijaman itu, sekelompok pendeta yang bekerja di perpustakaan itu bekerjasama menyelamatkan manuskrip berbentuk gulungan-gulungan dan membawa ke biara. Manuskrip tetap tersembunyi hingga diterjemahkan ke dalam bahasa gambar yang universal, yaitu Tarot.

Ada pula yang berpendapat bahwa Tarot datang dari ajaran kuno aliran misteri di Chaldea, Phoenicia, dan Babylon dalam bentuk “ loose-leaf” buku bergambar. Beberapa orang lagi mengatakan bahwa Tarot berakar dari mesteri Arab (mistisisme muslim sebelum sufi) dan doktrin rahasia pertapa sufi (muslim atau mistis Islam) yang ada pada abad sepuluh dan sebelas.Teori lain mengatakan bahwa Tarot adalah invensi abad sebelas dari para Ksatria Templar di Eropa. Templar membawa “kebijaksanaan terlarang” (forbidden wisdom) dan kembali ke Eropa setelah Perang Salib. Ksatria Templar, adalah alkemis, dan di kemudian hari menjadi Rosicrucians (Fraternitas yang mengorganisasimistis religious di Jerman abad ke-15) melakukan konversi pengetahuan mereka ke dalam kartu permainan.

Semua paparan di atas member gambaran begitu banyak penjelasan mengenai Tarot sehingga sejarah tarot terletak pada misterinya itu sendiri. Yang jelas 22 arkana mayor itu adalah symbol utama dari sebuah kartu tarot. Asalnya dari 22 huruf di dalam Abjad Ibrani. Abjan Ibrani adalah yang digunakan untuk menulis Kitab Suci Yahudi dan Kristen.
Abjad Ibrani adalah: Aleph, Beth, Ghimel, … dsb.
Abjad Arab adalah: Aliph, Bha, Tha, … dsb.
Abjad Yunani adalah: A, B, C, … dsb.
Semua abjad ini berasal dari abjad penemuan Bangsa Phoenica yng menguasai lalu lintas perdagangan di Laut Tengah pada ribuan tahun sebelum Masehi. Bangsa Phoenica berhasil menemukan cara untuk menuliskan abjad dengan cara yang praktis, sehingga ditiru oleh bangsa-bangsa lain, termasuk oleh orang Ibrani, Arab, dan para bangsa Eropa.

Pada pihak lain, orang Phoenica tidak menciptakan dari nol. Mereka melakukan adaptasi dari tulisan pictograph milik orang Mesir Kuno. Tetapi, budaya Mesir tidak berhasil menciptakan tulisan yang praktis, orang Phoenica berhasil, dan kita yang termasuk menikmati manfaatnya.

Jadi, karena 22 Arkana Mayor itu melambangkan (atau menggambarkan, atau meringkaskan) ke 22 abjad Ibrani yang merupakan adaptasi dari abjad Phoenica, yang pada gilirannya merupakan adaptasi dari pictoghraph Mesir Kuno, maka sebagian orang berpendapat bahwa asal Tarot adalah dari Mesir Kuno.

Dan di sini muncul aspek mitologis tentang Nabi Musa yang membawa intisari ajaran Mesir Kuno tentang ketuhanan dan mengadaptasinya menjadi kepercayaan Ibrani terhadap JHWH (terkadang dibaca Jehovah atau Jahveh; kenapa? Karena abjad Ibrani tidak memiliki huruf hidup selain Aleph).

Mungkin pada jaman Musa (3500 tahun yang lalu?), abjad Ibrani belum terbentuk secara baku, sehingga tradisi dilanjutkan secara lisan, termasuk Taurat (5 buku pertama di dalam kitab suci Ibrani dan Kristen) yang menurut tradisi ditulis oleh Nabi Musa.

Kabalah juga sering dikaitkan dengan Tarot adalah ajaran mistik atau esoteric Ibrani yang, menurut saya, tidak asli ibrani, melainkan banyak bercampur dengan ajaran estorik dari Yunani Kuno (dengan eksponennya tokoh-tokoh semi legendaries: Pythagoras, Plato, dsb). Kabalah dikaitkan juga dengan Nabi Musa yang mungkin cuma separuh benar. Di sinilah bias terlihat bahwa tarot dan kabalah memiliki hubungan.

Tarot terdiri dari 22 arkana mayor (jalan utama), dan 56 arkana minor (jalan biasa). Total jumlahnya 78 kartu. Jalan utama adalah archetypes menurut Carl Gustav Jung, dan jalan biasa adalah keseharian (mundane activities in the everyday world).

Ada 4 unsur: api, air, tanah, dan udara; ditambah roh. Kalau kita berbicara, biasanya cuma disebutkan bahwa tarot terdiri dari 4 elemen. Sadulur papat, menurut istilah kejawen. Tetapi, kalau mau lengkap, sebenarnya ada 5; yang kelima adalah pancer (roh). Jadi: Sadulu Papat Kalima Pancer (empat unsure plus roh). Roh atau spirit ini, bias pula dipahami sebagai ego atau jiwa manusia. Sedulur papat ini adalah empat saudara manusia yang juga kerap dilambangkan dengan empat penjuru mata angin (Timur, Barat, Utara, Selatan).

Dalam Jung saya melihat kesejajaran ini dengan empat fungsi kepribadian, kognisi, emosi, intuisi, dan pengindraan. Manusia memiliki keempatnya meski cuma satu yang dominan di tataran sadar ditambah satu lagi sebagai pendukung, sementara yang dua tak aktif dan masuk dalam tataran nirsadar. Keempat hal inilah yang membentuk ego manusia.