Selasa, 05 September 2017

MENJADI MANUSIA SEUTUHNYA

Dalam bahasa Jawa, manusia disebut sebagai "MANUNGSA". Jarwa dhosoknya "MANUNGGALING RASA".
Dibangku sekolah sering kita diajarkan bahwa manusia adalah mahkluk yang berakal. Dalam falsafah Jawa, AKAL saja belum cukup walaupun hal itu penting, karena itu harus menyentuh RASA/ROSO. Dalam psikologi modern sudah di sadari adanya ruang "RASA/ROSO" seperti ini, yang disebut sebagai kecerdasan emosi.( emotional quotient, disingkat EQ)

Raden Mas Panji Sosrokartono pernah berkata. "Sinau ngarosake lan nyumerepi tunggalipun manungsa,tunggalipun rasa,tunggalipun asal lan maksudipun agesang."
Artinya, “Perlu belajar ikut merasakan dan mengetahui bahwa manusia itu satu, rasa itu satu, berasal dari tempat yang sama, dan belajar memahami arti dari tujuan hidup.”

Manunggal rasa atau menyatu dengan rasa, memiliki arti seseorang mesti punya kepekaan. Kepekaan dalam hal ini adalah kemampuan untuk selaras dengan keadaan. Kepekaan dalam bentuk yang aktif tampil dalam sifat welas asih, kepedulian dan kebersamaan dalam perbuatan. Hal seperti ini nampak dalam salah satu tradisi hidup bergotong royong.

Sering diajarkan dalam tahap awal dengan cara membedakan dua hal terlebih dahulu. Apa dua hal ini?
Pertama adalah RASANING KAREP. Dan yang kedua adalah KAREPING RASA.
RASANING KAREP  maksudnya mengutamakan nafsu keinginan.
KAREPING RASA maksudnya adalah mengutamakan rasa.
Tanpa kepekaan seseorang akan sulit selaras dengan keadaan. Hidupnya hanya berkutat pada nafsu keinginan. Maka dari itu perlu memberi ruang bagi mengolah rasa. Mengasah ketajaman rasa agar mengetahui apa yang di rasakan (kareping rasa). Dari situ tersadar untuk menyelaraskan diri pada keadaan.

Keselarasan ini adalah kebahagiaan dan kedamaian. Inilah tujuan hidup yang sebenarnya.
Menjadi manusia seutuhnya bagi orang modern adalah memahami kemanusiaan. Dan kemanusiaan ini hanya muncul karena rasa. Semua orang hidup dalam atmosfir yang sama. Namun tidak semuanya mampu merasakan hal yang sama.

Ditengah krisis kemanusiaan, kembali pada hakikat manusia. Manunggaling rasa. Kita kembali untuk diingatkan. Sudahkah kita memperlakukan orang sekitar melalui rasa?
sudahkan kita menerapkan “KAREPING RASA” ?

Disini komunitas tarot surabaya FULLMOON, mengingatkan untuk anggota komunitas bahwa belajar TAROT itu adalah untuk melatih RASA/ROSO supaya kalian peka dan supaya bisa membedakan mana RASANING KAREP dan mana yang KAREPING RASA, apabila kalian sudah bisa melakukan itu INSYALLAH hidup kalian akan mencapai kebahagian dan kedamaian, dan apabila kalian sudah mencapai itu kalian bisa menolong orang untuk membimbing mereka menemukan jalan dan tujuan hidup yang sebenarnya.

Ingat menjadi TAROT READER bukan untuk menjadi DUKUN SAKTI, dan menjadi TUHAN, atau untuk dijadikan sebagai SUMBER PENGHASILAN UTAMA dan GILA AKAN HARTA dan KETENARAN, tetapi untuk menemukan “KAREPING RASA”untuk mencapai keselarasan sehingga kalian menemukan TUJUAN HIDUP YANG SEBENARNYA.

Kalau tujuan kalian menjadi TAROT READER masih seputar mencari ketenaran, mencari uang sebanyak2nya, mencari jodoh atau ingin diakui kehebatan kalian kalian masih berputar di RASANING KAREP, dan kalian tidak akan bisa menemukan keselarasan dalam kehidupan kalian.

ARYA&VAL

0 comments:

Posting Komentar