~kawruhono, dununge urip puniki
lamun mbendjang yen wus palastro
kasedan djati ngendi parane,
umpama'no peksi mabur mengsah saking kurungan
djiwo ninggalke rogo, bali marang Ywang Agung,
umpama'no wong lungo sondjo, ndjang sinandjang
wong lungo sondjo wajibe mulih
mulih neng ngisor sembodja...~
ketika usai sudah bharatayudha,
senyap pula ajang kurusetra,
ke arah manakah jwa-jiwa hYang tenang...
berangkatlah sang Pandawa Lima
seiring sejalan melanjutkan perjalanan sang Jagad alit
mendaki menapaki gunung-an kamokhsan - kasampurnan...
gunungan I
langkah naKuLa - Sadewa terhenti,
sang putra kembar Bhatara Yama
Na-KuLo... terbebani ke-aku an nya,
daya intelektual, tutur kata tata bahasa kesusastraan, ketrampilan ragawi memainkan pedang
Sa-Dewa... terbebani daya pikir nya,
merasa manusia pilhan para dewa, menguasai jagad pengetahuan...
gunungan II
sang Permadi, ya Arjuna ya Raden Janoko
sang putra Bathara Indra
menyusul menghentikan langkah pendakian,
terbebani ke-aku an nya...
keelokan paras ragawi, kesaktian kadigdayan,
sang pemuja ekspresi cinta kasih ragawi...
gunungan III
sang perkasa Bima putra Pandu, ya Haryo Werkudoro
sang putra Bathara Bhayu
pun menyusul... terhenti langkah pendakian nya
terbebani... ke-aku an nya
merasa "berhasil" menyatu bersama sang Dewa Ruci
merasa menemukan keabadian hYang sedjati
sebuah kemelekatan ego-spirituaL...
tinggaLLah dalam kesendirian
dialah sang putra Bathara Dharma
sang ksatria sedjati cahyaning para Pandawa
ialah Prabu Puntodewo, ya Yudhistira,
ya Raden Samiadji, ya Dharmoputro
bersama seekor anjing putih mulus yg menemani,
dalam langkah perlahan setapak demi setapak
tekun setia penuh kesabaran,
sampailah hingga puncak pendakian,
terbukalah pintu gerbang kahyangan jagad para Dewata;
Bthara Nurrada: "silahkan masuk anak prabu Puntadewa, tapi biarlah anjing itu tinggal di pintu gerbang ini, dan engkau masuk lah sendiri..."
Puntadewa: "bukankah sudah menjadi kehendak para dewata, siapapun yg menyelesaikan langkah hingga disini, dialah yg berhak memasuki jagad kahyangan para dewata..."
Bthara Nurrada: "sungguh mulia kebijaksanaanmu anak prabu, jadilah apa yg menjadi sabda-mu".
maka. berubahlah wujud lah anjing putih mulus tadi menjadi sang Bthara Darma... ialah yg mendampingi langkah sang Yudhistira... darma bhakti dlm kesabaran-kesetiaan-ketekunan... tiada daya kesaktian kadigdayan, dialah sang Raden Samiadji... pemegang amanah jamus kaLimaSada sebagai satu-satunya pusaka perjalanan hidup nya di Marcapada - jagad gelaran alam manusia.
masuklah sang Raden Samiadji ke dalam SwargaLoka... tempat serba "kenikmatan' para dewata, tampak di dalamnya... para bala-Kurawa, sang Resi Dorna. patih Sengkuni, sang durjana Duryudana, Dursasana dan seluruh keluarga kurawa berada dalam "kenikmatan" alam dewata SwargaLoka.
Bthara Nurrada: "anak prabu Puntadewa, apa yang engkau lihat ini... bagaimana menurutmu...?".
Puntadewa: "eyang Nurrada, daya pikir ku sungguh terbatas, apa yang bisa kutuntut dari apa yg telah menjadi keputusan para dewata... mereka juga para saudara ku, mereka berbuat sesuai apa yg mereka sadari sebagai kebenaran, mereka juga para ksatriya yg membela kebenaran bangsa negara nya menurut kesadaran nya".
Raden Samiadji diiringi para dewata, melanjutkan perjalanan... diperlihatkan padanya "alam kesengsaraan" jagad kahyangan... tampak terlihat oleh prabu Puntadewa...ke-empat saudara kandungnya Bima-Arjuna-Nakula-Sadewa... terbelenggu rantai, terpasung dalam "alam kesengsaraan".
Bthara Nurrada: "anak angger prabu Puntadewa, seperti yang engkau lihat, bagaimana menurut mu ?".
Puntadewa: "eyang Nurrada, setiap dharma kesadaran ragawi akan ngundhuh wohing panggawe, bukankah ini sudah menjadi ketetapan keadilan sang hyang Widhi yg berlaku pula bagi saudara-saudara yang kukasihi".
Bthara Ismaya: " anak prabu Puntadewa... demikianlah kebijaksanaan - kesabaran - kesetiaan mu dlm pakerti Tamburo Maninten, lelaku dharma bakti mu memegang teguh amanah pusaka Jamus Kalimasada telah membabarkan-menggelar Samar - SamaR nya Janji-KU, keSABARan dharma bhaki mu telah mewujudkan-mengejawantahkan Samar Samar nya ADAnya AKU... inilah Esem -SENYUM KU hYang Sedjati".
lalu bagaimanakah kelanjutan perjalanan sang Prabu Puntadewa bersama ke-empat adiknya ? dan bagaimanakah yg terjadi sebenarnya kepada para kurawa ?..... semua ditentukan Gentur Tapabrata dalam LeLaku Dharma Bhakti setiap wujud pribadi Manusia, sebagai wadag- wadah fisik pengejawantahan segala pakerti para dewata;
- masih adakah kemelekatan kebanggaan daya pikir dan ketramplan ragawi ?
- masih adakah kemelekatan kebanggaan keelokan kesaktian kadigdayan ragawi ?
- masih adakah kemelekatan kebanggan ego spiritual merasa paling benar sedjati ?
- masih adakah kesadaran utk menuntaskan Dharma Bhakti dalam keSABARan keSETiAan keTEKUNan ?
hidup TANPA kasih = MAUT
kasih TANPA perbuatan = MATi
saLam sedjatining sedjati,
sungkem wiludjeng ._/\_.
================
(Lereng Lawu, Februari-2011).
NB: sosok "lelaki" dalam lakon ini, bukanlah yang sebenarnya... kedemikianan alam kasunyatan-kelanggengan tidaklah mengenal perbedaan "gender" Laki-Laki / Wanita. jika masih terdapat ganjalan / kesulitan pengertian dalam membaca terkait "gender".... silahkan tambahkan saja "Nyonya Yudhistira, Nyonya Bima, Nyonya Arjuna...dst. :))
Senin, 21 Februari 2011
Pandowo Limo Mukso
13.31
2 comments
bagus banget!
BalasHapuswess top markotop
BalasHapus